Jakarta, Jagadnews.online
Menyampaikan sambutan pembukaan Musywil Muhammadiyah DKI Jakarta ke-22, Sabtu (11/3) Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menjelaskan bahwa watak Muhammadiyah adalah bervisi ta’awun (bekerja sama).
Visi ta’awun ‘alal birri wa taqwa itulah yang menurutnya menjadi kunci bagaimana Persyarikatan yang telah berusia 112 tahun ini semakin kuat dan berkembang sehingga khidmatnya dapat dirasakan masyarakat luas.
Saat ini Muhammadiyah memiliki perwakilan di 34 Provinsi, 441 kota, 3.932 kecamatan, dan 14.542 desa. Selain itu ada perwakilan di 28 negara luar. Masing-masing cabang bahkan telah memiliki berbagai aset Amal Usahanya masing-masing.
“Muhammadiyah sangat merawat prinsip taawun, kerja sama dengan siapapun saja. Dengan kriteria kerja sama dalam kebajikan, keadilan, kejujuran, dan kecerdasan kepada siapapun juga. Tidak membeda-bedakan,” kata Busyro.
Visi taawun ini menurut Busyro dikembangkan Persyarikatan secara tertib, kritis, konstruktif, dan etis. Muhammadiyah, kata dia tidak bersifat oposisi maupun oportunis dalam bekerja sama.
“Muhammadiyah juga saling membantu termasuk kepada lembaga-lembaga negara. Prinsip itu kita pegang sampai kapanpun juga. Muhammadiyah kritis, konstruktif, etis. Sebab kalau tidak konstruktif, maka itu watak yang tidak baik, oportunistik, itu bukan watak Islam dan bukan watak agama-agama dan bukan watak Muhammadiyah,” tegasnya.
Atas visi taawun ini, Muhammadiyah berkomitmen terus melakukan aktivitas pencerdasan bangsa dan umat sampai nanti kiamat terjadi. Tak cukup lewat retorika semata, kata Busyro, visi taawun itu ditunjukkan Muhammadiyah dengan amal nyata.
“Muhammadiyah mengembangkan visi diikuti dengan implementasi. Sebab kalau membangun visi dengan narasi yang bagus tapi tanpa implementasi itu namanya halusinasi. Apalagi jika membangun visi, narasi, diikuti janji-janji, tapi tidak direalisasi itu namanya membohongi,” serunya.
Alasan lain mengembangkan visi taawun adalah jasa Muhammadiyah dalam membidani lahirnya Republik Indonesia bersama elemen bangsa yang lain.
“Muhammadiyah salah satu perintis berdirinya Republik Indonesia dan perawat yang merawat negara kita ini insyaAllah sampai akhir zaman berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasul yang itu substansinya sesuai dengan norma-norma di empat paragraf UUD 1945 termasuk di dalamnya Pancasila. Sesuai banget, tidak ada pertentangan sama sekali,” ungkap Busyro.
Karena peran vital ini, maka kehadiran Muhammadiyah sejatinya telah menguntungkan bangsa dan negara Indonesia. Busyro mengatakan dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Indonesia jika seluruh aktivitas taawun Muhammadiyah dari rumah sakit sampai pendidikan berhenti total selama tiga bulan saja. Jasa inilah yang dia harapkan agar tidak dipandang remeh oleh negara.
“Bangsa Indonesia punya watak asli jujur, saling menghormati dengan prinsip kesetaraan. Maka dengan prinsip itulah Muhammadiyah dengan cabang-cabangnya, unit-unitnya yang rata dengan amal usahanya, maka bangsa ini semakin diuntungkan dengan keberadaan ormas-ormas manapun juga, diantaranya Muhammadiyah,” tutup Busyro. (afn)